Haruskah Saya Meninggalkan Surat Lamaran?

Semasa baru lulus kuliah dulu, membuat surat lamaran kepada cewek idaman  kerja menjadi tugas utama yang tidak terbantahkan.


Ini dilakukan agar status keren "pengangguran" bisa dicabut dari diri ini. Menyandang status seperti ini seperti memikul kapas 100 kilogram.

Berat dan nyesek..

Cara termudah mendapatkan surat lamaran adalah dengan meminta kopian dari senior yang belum lulus kuliah ..:)

Tinggal ganti nama dan profilnya serta jangan lupakan tanggal sekarang ya..

Nanti bisa ketahuan nyontek kalau surat lamarannya tertanggal 2 tahun yang lalu.. Menyontek juga harus cerdas dong..

Mengapa harus ditinggalkan?

Ada beberapa faktor yang membuat saya malas untuk menulis surat lamaran, lebih tepatnya sih meng-edit.

Pasti ga mau tahu ya mengapa?
Kalau ga mau tahu silahkan dibaca lagi di bawah ini.

(1).  Bosan bekerja seperti robot

Terus terang, lampu-lampu ditempat bekerja dulu sangatlah membuat silau. Malas sekali bekerja disiang hari masih mengandalkan lampu.

Dan semenjak pertama kali menginjakkan kaki disana rasa tidak nyaman sudah mengakar kuat dengan aturan jam kerja yang mengikat.

Berangkat pagi pulang sore pagi sore pagi sore, begitu terus..

Sedangkan ketika berangkat kerja, saya banyak melihat orang-orang asyik mengobrol di warung sambil minum kopi dengan teman-temannya.

Ini sungguh membuat saya iri..

Dari sana saya bertekad tidak akan lama-lama bekerja seperti ini dan mencari peluang kerja yang tidak terikat oleh waktu.

Dan sekarang saya sudah menjalaninya dengan baik.

Saya juga menulis artikel ini di pagi hari sambil ditemani segelas kopi manis yang nikmat pooollll... Ahhh senangnya, terima kasih Tuhan sudah mewujudkan keinginan saya dahulu..

Bangun di pagi hari tidak perlu buru-buru dan bisa menikmati siaran olahraga pagi dengan tenang dan damai..

Serba santai..

(2). Keasyikan kerja online dan freelance

Salah satu pekerjaan yang saya lakoni sekarang yaitu menulis di blog ini.

Dengan rajin menulis kapanpun dan dimanapun , saya bisa menghasilkan uang. Tulisan inipun saya buat dalam keadaan listrik mati, jadi tidak ada penghalang untuk menulis.

Laptop dengan baterai yang penuh masih sanggup mendukung aktivitas menulis.

Mengingat besarnya peluang dari pekerjaan menulis plus tidak ada yang memerintah, saya sangat nyaman.

Surat lamaran tidak pernah lagi tuh terbayang di benak. Walaupun di suruh melamar ke perusahaan dengan gaji tinggi, saya masih suka dengan menulis..

Kebebasannya itu lho broo...

#freelance

Saya tidak mau hanya dengan mengandalkan pekerjaan menulis di blog, jadi saya menggeluti pekerjaan lain dan tentu tidak terikat oleh waktu.

Salah satunya dengan menjadi pekerja lepas.

Ketika ada orang yang butuh bantuan menyelesaikan PR matematika atau fisika, sayapun siap membantu dan mendapatkan imbalan.

Ini jauh lebih menarik dibandingkan bekerja dulu diperusahaan.

Lagian, saya merasa lebih bahagia ketika menemukan pekerjaan atau peluang sendiri dibanding harus mengandalkan bantuan orang lain.

Pendapatan datang dari dua sisi dan semakin menurunkan popularitas surat lamaran di mata saya.

Apalagi kedua pekerjaan ini dilakoni di rumah sendiri, kampung halaman sendiri. Jadi tidak perlu repot-repot memikirkan biaya mudik yang besar.

Kesimpulan

Jadi hal itulah yang membuat saya tidak pernah mengedit surat lamaran lagi, karena sudah sangat nyaman dengan pekerjaan yang digeluti sekarang.

Waktu tidak terikat dan pendapatanpun tetap lancar.. Ohhh senangnya...

Mau minum kopi di warung pagi-pagi sambil melihat orang berhamburan ke tempat kerja?

Post a Comment for "Haruskah Saya Meninggalkan Surat Lamaran?"